Minggu, 29 November 2015

Jantung dan Gerakan Shalat




Gerakan ruku’ dan sujud yang panjang akan menuntun pada terorganisasinya denyut jantung dan arteri, serta pembuluh darah akan memperoleh elastisitas yang konsisten. Kedua gerakan ini juga akan menurunkan tekanan darah tinggi di bagian kepala secara cepat. Dengan pertimbangan ini memungkinkan bahwa gerakan ruku’ dan sujud memiliki manfaat pencegahan dan pengobatan untuk beberapa gangguan kesehatan, seperti macetnya aliran darah di pembuluh darah, pembekuan darah pada pembuluh darah otak, dan pembekuan pada pembuluh darah paru-paru (oklusi arteri paru).
            Dalam dunia medis dikenal bahwa orang yang terkena penyakit stroke akan mengalami juga oklusi arteri paru, atau penggumpalan darah pada pembuluh darah di bagian kaki. Akan tetapi, yang menakjubkan adalah bahwa gangguan kesehatan seperti ini tidak banyak ditemukan di kalangan kaum muslimin yang selalu membiasakan diri untuk menunaikan shalat dalam kehidupan sehari-hari mereka. Sedangkan di kalangan nonmuslim, para penderita gangguan kesehatan seperti ini yang kemudian harus menjalani operasi adalah seribu berbanding lima.
            Seperti penelitian yang dilakukan oleh seorang dokter jantung/kardiolog, yang meneliti denyut jantung dengan alat pendeteksi jantung/EKG di kliniknya. Penelitian ini dilakukan terhadap orang-orang yang sedang menunaikan shalat berjamaah. Mengagumkan, karena ternyata ia memperoleh catatan bahwa denyut jantung jamaah shalat itu semakin baik seiring dengan bertambahnya rakaat shalat yang mereka lakukan.
            “Sesungguhnya seorang Muslim yang memutuskan untuk bangun dari tidurnya kemudian mendirikan shalat Subuh berjamaah, maka ia akan mencapai ketahanan tubuh yang canggih dari berbagai macam penyakit dan juga ia akan memperoleh manfaat yang sangat baik untuk jantung dan pembuluh darahnya.”
            Adanya kesimpulan yang penting ini membuktikan tentang kebenaran salah satu penelitian yang dilakukan oleh asosiasi kardiolog di Yordania. Mereka melakukan penelitian ilmiah tentang penyakit jantung dan penyempitan pembuluh nadi serta oklusi arteri koroner. Dari penelitian tersebut terungkap bahwa pemicu utama dari timbulnya berbagai macam penyakit ini adalah terlalu banyaknya tidur pada malam hari maupun siang hari.
            Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa apabila manusia tidur dalam jangka waktu yang lama, akan menyebabkan jantungnya berdegup sedikit saja. Bahkan, sampai-sampai hanya mencapai tingkat yang sangat rendah, yang jumlahnya tidak lebih dari 50 kali dalam satu menit. Sedangkan ketika jantung berdetak hanya sedikit seperti demikian, maka aliran darah ke jantung, arteri dan vena akan mengalir dengan sangat lamban. Apa yang akan terjadi kemudian? Hal ini akan mengakibatkan penyerapan garam dan lemak pada dinding vena dan arteri, terutama pada oklusi arteri koroner.
            Jika seseorang telah mengalami hal demikian, ia akan terkena apa yang disebut dengan aterosklerosis dan obstruktif pada arteri. Hal tersebut akan menimbulkan kelemahan fungsi otot jantung dan tersumbatnya saluran arteri. Tidak hanya itu, hal ini juga mengakibatkan tersumbatnya pembuluh vena yang berfungsi untuk memindahkan darah dari jantung ke seluruh anggota tubuh manusia. Jika sudah demikian, yang akan terjadi adalah serangan jantung atau tersumbatnya pembuluh arteri yang fungsinya memindahkan darah dari otak ke seluruh anggota tubuh manusia. Bahkan pada kasus tertentu, hal ini hingga menyebabkan stroke yang fatal.
            Hasil penelitian ini menekankan pentingnya kita menahan diri dari tidur dalam jangka waktu yang terlalu lama. Sedangkan lamanya waktu tidur itu tidak boleh lebih dari empat jam. Jika sudah mencapai empat jam, maka yang seharusnya kita lakukan adalah segera bangkit, bangun dari tidur, dan melakukan hal-hal kinestetis paling sedikit selama 15 menit. Hal seperti demikian ada dalam pelaksanaan Shalat Subuh setiap hari pada jam-jam pertama di waktu fajar. Tentu akan jauh lebih baik lagi apabila dikerjakan di masjid secara berjamaah.
Note : Isi materi ini ditulis ulang dari Buku ”Sehat dengan Shalat” oleh Prof.Dr. Amir Saleh dan Dr. Ahmed Saleh, Ph.D , halaman buku 227-230.

Wudhu , Senjata Kaum Beriman




Allah SWT, berfirman sebagai berikut:
            Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak melaksanakan shalat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki. Jika kamu junub maka mandilah. Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, maka jika kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan debu yang baik (suci); usaplah wajahmu dan tanganmu dengan (debu) itu. Allah tidak ingin menyulitkan kamu, tetapi dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, agar kamu bersyukur. (QS Al-Maidah [5]: 6)

            Dari Amru ibn Yahya Al-Mazini dari bapaknya, bahwa ada seorang laki-laki bertanya kepada Abdullah ibn Zaid ibn Ashim (dia adalah salah seorang sahabat Rasulullah SAW), “Bisakah engkau perlihatkan kepadaku bagaimana cara Rasulullah SAW berwudlu?” Abdullah ibn Zaid lalu menjawab, “Tentu.”
            Lalu Abdullah minta diambilkan air wudlu. Kemudian, ia menuangkan air pada kedua tangannya dan membasuhnya dua kali-dua kali. Lalu, ia berkumur dan mengeluarkan air dari dalam hidung sebanyak tiga kali. Kemudian ia membasuh mukanya tiga kali, membasuh kedua tangannya dua kali-dua kali sampai ke siku. Kemudian ia mengusap kepalanya dengan tangan, dimulai dari bagian depan dan menariknya hingga sampai pada bagian tengkuk, lalu menariknya kembali ke tempat semula. Setelah itu, ia membasuh kedua kakinya.
“Barang siapa yang berwudlu secara sempurna, maka dosa-dosanya akan gugur dari jasadnya hingga keluar juga dari bawah kukunya.” (HR. Muslim)
            Sesungguhnya, wudhu bukanlah hanya membersihkan anggota tubuh secara lahiriah semata, bukan pula hanya menyucikan jasa secara diulang-ulang sekian kali dalam sehari. Akan tetapi, efek keagungan spiritual yang bisa dirasakan seorang Muslim setelah berwudhu adalah jauh lebih dalam dan tidak bisa diungkapkan dengan barisan kata-kata, terutama apabila ia menyempurnakan wudhunya.
            Wudhu akan menjadikannya selalu dalam keadaan terjaga, energik, dan bercahaya. Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Muslim, “Barang siapa yang berwudhu secara sempurna, maka dosa-dosanya akan gugur dari jasadnya hingga keluar juga dari bawah kukunya.”
            Rasulullah SAW juga pernah bersabda dalam salah satu hadis yang diriwayatkan Imam Ahmad dari Abu Umamah, “Barang siapa berwudhu dan menyempurnakan wudhunya dengan membasuh kedua tangan dan wajahnya, mengusap kepala dan kedua telinganya, kemudian ia berdiri untuk melaksanakan shalat fardhu, maka dosa-dosanya yang dilakukan pada hari itu diampuni, dosa kedua kaki yang dipakai untuk berjalan, dosa kedua tangan yang dipakai untuk memegang, dosa kedua telinga yang dipakai untuk mendengar, dosa kedua mata yang dipakai untuk melihat dan keburukan yang terjadi pada dirinya.”
Note : Isi materi ini ditulis ulang dari Buku ”Sehat dengan Shalat” oleh Prof.Dr. Amir Saleh dan Dr. Ahmed Saleh, Ph.D , halaman buku 39-41.

Bagaimana Al-Qur'an Bisa Mengobati ?


Sekarang, izinkan kami ajukan persoalan yang sangat penting, apa yang terjadi di dalam sel tubuh? Bagaimana suara bisa menyembuhkan? Bagaimana suara bisa memengaruhi yang rusak dan mengembalikan keseimbangannya? Dengan kata lain, bagaimana mekanisme yang terjadi saat penyembuhan?
            Sesungguhnya, membaca Al-Qur’an adalah sekumpulan frekuensi suara yang sampai ke telinga kemudian berpindah menuju sel otak dan memberikan pengaruh melalui medan listrik yang dilahirkannya di dalam sel. Kemudian, sel memberikan respons terhadap medan listrik ini dan menyeimbangkan getarannya. Ringkasnya, ia sanggup mengubah getaran sel, dan perubahan getaran inilah yang kita rasakan dan kita pahami setelah dilakukan berbagai percobaan dan pengulangan.
            Dalam tataran penelitian dan pembahasan ilmiah yang membahas tema pengobatan dengan Al-Qur’an, kita akan mendapati tabel penelitian di bawah ini.
Peneliti
Sekumpulan ilmuwan, dinukil oleh Prof. Dr.Mahmud Yusuf Abduh dalam Majalah I’jaz ‘Ilmi
Judul Penelitian
Mukjizat Suara dalam Al-Quran Al-Karim
Tujuan Penelitian
Membuktikan apakah ada perubahan fisiologis terhadap sukarelawan yang sehat saat mereka mendengarkan Al-Quran yang telah dihubungkan dengan komputer serta mampu mendeteksi perubahan fisiologis
Metode Penelitian
Eksperimen
Responden
Terdiri dari lima orang; tiga laki-laki dan dua orang perempuan, melalui 210 kali percobaan yang tercatat.
Hasil Penelitian
Hasil fase pertama; adanya efek menenangkan dalam Al-Quran pada 97 persen percobaan yang dilakukan. Efek ini terlihat dari perubahan fisiologis yang menunjukkan adanya penurunan tingkat kecemasan pada sistem sarat otonom.

Hasil penelitian fase kedua; hasil positif sebesar 65 persen dari percobaan dengan pembacaan Al-Quran, dan hal ini membuktikan adanya efek menenangkan kecemasan dalam Al-Quran. Sementara, sumber selain Al-Quran hanya menunjukkan efek sebesar 35 persen. Untuk informasi lebih lanjut, silahkan merujuk pada majalah I’jaz ‘Ilmi atau situs resminya di internet.

            Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa kita harus tekun mempergunakan aplikasi bio-energi yang mencakup kinerja tubuh dalam keharmonisan dan keseimbangan antara posisi tubuh dengan pengaturan akal dan pernapasan secara utuh serta seimbang dalam kehidupan kita.
            Tidak ada satu pun sistem yang lebih dahsyat daripada shalat dalam Islam dilihat dari sifatnya yang komprehensif. Koordinasi antarsemua sistem dalam satu aturan yang mencakup latihan-latihan bio-energi melalui pengaturan posisi tubuh dalam berbagai bentuk, pengaturan fokus otak dengan khusyuk, pengaturan napas dengan tilawah dan tartil, serta mengarahkan dan mengaktifkan energi ini melalui interaksi reflektif dan sistem terapi suara. Termasuk hukum-hukum dalam tartil berikut tajwidnya akan memberikan efek lebih dalam mengembangkan bio-energi manusia.
            Ketika sebagian orang memilih kalimat tertentu untuk dilafalkan berulang-ulang, mungkin bisa menjadi bukti adanya kekuatan khusus dalam beberapa kata yang tidak dimiliki kata-kata lain dalam melahirkan efek kesembuhan. Hal inilah yang kita lihat secara real dalam pemilihan Nabi SAW terhadap sekumpulan ayat untuk perlindungan ddan penyembuhan, dan saat beliau meminta para sahabat untuk memperlihatkan bacaan rukiahnya kepada beliau.
            Secara umum bahwa shalat akan mewujudkan keseimbangan yang menyeluruh dalam diri manusia. Bertambahnya produksi frekuensi terapi sebagai hasil adanya tilawah, tentu akan sangat maksimal jika disertai dengan kekhusyukan. Sudah tidak asing lagi bagi anda kisah seorang pemuka kaum yang menderita penyakit tak kunjung sembuh, hingga akhirnya ia dirukiah dengan Al-Fatihah oleh seorang sahabat, dan Nabi pun kemudian memperbolehkannya.
            Dalam hadis disebutkan, sekumpulan sahabat Nabi SAW tengah berada dalam perjalanan. Mereka lantas melewati suatu perkampungan Arab, lalu mereka meminta agar penduduk kampung tersebut mau menerima mereka sebagai tamu, tetapi mereka menolak. Lalu, mereka bertanya kepada para sahabat, “Adakah diantara kalian seorang tabib? Sesungguhnya pemuka kampung ini tengah sakit.”
            Kemudian salah seorang sahabat berkata, “Ya”. Lalu ia dibawa, lantas mengobati pemuka kampung itu dengan Surah Al-Fatihah sehingga pemuka kaum itu sembuh. Lalu, pemuka kampung tersebut memberikan hadiah berupa sekumpulan kambing, namun sahabat itu menolak dan berkata, “Hingga aku menceritakan kisah ini kepada Nabi.”
            Lalu ia datang kepada Nabi SAW dan menceritakan kejadian itu kepada beliau, ia berkata, “Wahai Rasulullah, demi Allah, aku tidak merukiahnya kecuali dengan Al-Fatihah.” Beliau pun tersenyum seraya bersabda, “Dari mana kamu tahu bahwa ia adalah rukiah?” Kemudian beliau memerintahkan, “Ambillah pemberian mereka, dan sisihkan juga jatahku bersama kalian.”
            Betapa tingginya efek rukiah ini jika dilakukan orang-orang yang benar-benar memenuhi semua haknya, zikirnya dalam shalat tidak samar, dan takarub kepada Allah juga tidak terlupakan.
Note : Isi materi ini ditulis ulang dari Buku ”Sehat dengan Shalat” oleh Prof.Dr. Amir Saleh dan Dr. Ahmed Saleh, Ph.D , halaman buku 180-184.



Jumat, 27 November 2015

A Y O S E D E K A H !!!!! dan Say No To “setan”

S E D E K A H dan Say No To “setan”


Allah SWT berfirman, yang artinya:
            “Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Mahaluas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (al-Baqarah: 268)
            Bagaimana caranya bertambah kaya dengan jalan sedekah? Mana mungkin?!! Begitulah pendapat orang yang tidak percaya karena selalu berpikir dengan akalnya saja. Memang jika berbicara secara logika, hal itu ada benarnya. Misalnya jika kita punya uang 1 juta kemudian kita keluarkan sedekah sebesar 25 ribu, berarti uang kita tinggal 975 ribu, secara nominal berkurang.
            Dalam tafsir Fi Zhilalil Qur’an, Sayyid Quthb menjelaskan “Setan menakut-nakuti kamu dengan kemiskinan, lalu ia menebarkan ke dalam jiwa kamu sifat rakus, bakhil, dan sikap permusuhan. Setan menyuruh kamu berbuat hisyah (bentuk jamaknya adalah fahsyâ’). hisyah adalah semua kemaksiatan yang amat buruk, yakni melampaui batas. Meskipun biasanya kata ini digunakan untuk maksiat tertentu, tetapi ia bersifat menyeluruh. Takut akan kemiskinan telah mendorong kaum jahiliah membunuh anak-anak perempuannya dan ini juga merupakan suatu hisyah. Rakus untuk mengumpulkan harta dan kekayaan sehingga mendorong sebagian mereka mencari harta dengan jalan riba adalah suatu hisyah juga. Takut miskin karena menginfakkan harta di jalan Allah itu sendiri merupakan suatu hisyah. Ketika setan menjanjikan kemiskinan kepadamu dan menyuruhmu berbuat hisyah ‘kejahatan, kemaksiatan’, sedangkan Allah menjanjikan untukmu ampunan dari-Nya dan karunia (Sayyid Quthb).
            Dalam tafsir al-Mishbah hal. 578 karya M.Quraish Shihab, beliau menyatakan, “Memang untuk bersedekah dan menafkahkan harta di jalan Allah, seringkali timbul bisikan melarang dan menakut-nakuti. Itu adalah ulah setan. Dia yang menakut-nakuti manusia terjerumus dalam kemiskinan.”
            Mutawalli asy-Sya’rawi mengemukakan dalam bukunya yang berjudul asy-Syaithan wa al-Insan, kurang lebih sebagai berikut. “Kita harus tahu bahwa ada setan-setan dari jenis jin dan setan-setan dari jenis manusia. Kedua jenis itu dihimpun oleh sifat yang sama dan tugas yang sama, yaitu menyebarluaskan kedurhakaan dan kerusakan di muka bumi. Setan-setan jin adalah mereka yang durhaka dari jenis jin yang membendung kebenaran dan mengajak kepada kekufuran. Setan-setan jenis manusia melaksanakan tugas yang sama.’
            Apa yang dikemukakan oleh beliau berdasarkan firman Allah SWT , yang artinya: “Demikianlah Kami jadikan bagi setiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah untuk menipu (manusia)....” (al-An’am:112).
            Siapapun yang dimaksud dengan setan dalam ayat ini, yang jelas setan menakut-nakuti kamu dengan kemiskinan. Dalam arti, bila manusia bermaksud bersedekah, ada bisikan dalam hati manusia yang dibisikkan oleh setan, ‘Jangan bersedekah, jangan menyumbang, hartamu akan berkurang, padahal engkau memerlukan harta itu. Jika kamu menyumbang, maka kamu akan terpuruk dalam kemiskinan.”
            Selain itu, setan juga menyuruh berbuat hisyah. Ada yang memahami kata ini dalam arti kikir. Namun lebih lanjut, M.Quraish Shihab mengatakan, “Saya tidak cenderung memahaminya demikian, karena menyuruh kepada kekikiran telah dicakupi maknanya oleh menakut-nakuti terjerumus dalam kemiskinan. Siapa yang takut miskin, dia pasti kikir. Memang secara bahasa menggunakan kata kikir, tetapi memahaminya dalam arti yang lebih luas adalah lebih baik. hisyah adalah segala sesuatu yang dihimpun oleh apa yang dianggap sangat buruk oleh akal sehat, agama, budaya, dan naluri manusia. Dalam konteks ayat ini termasuk kikir, menyebut-nyebut kebaikan yang diberikan, menyakiti hati yang diberi, dan lain-lain. Seorang yang kikir, apalagi yang memiliki kelebihan, kekikirannya membuahkan dengki dan iri hati anggota masyarakat. Jika ini terjadi, maka setan menyuruh dan mendorong anggota masyarakat untuk melakukan aneka kejahatan seperti pencurian, perampokan, pembunuhan, dan sebagainya. Di sisi lain, kekikiran melahirkan sifat rakus untuk enggan berinfak, dan pada gilirannya menjadi lahan yang sangat subur bagi setan untuk mengantar kepada aneka kejahatan.”
            Kalau demikian itu ulah setan, Allah SWT sungguh jauh dari itu, “Allah menjanjikan untuk kamu ampunan dari-Nya dan kelebihan.”
            Siapa yang menafkahkan hartanya, maka dosa-dosanya akan diampuni. Demikian janji Allah SWT yang artinya, “Tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah menerima tobat dari hamba-hamba-Nya, dan menerima zakat, dan bahwa Allah Maha Menerima Tobat lagi Maha Penyayang?” (at-Taubah: 104).
            Bukan hanya itu, Allah juga menjanjikan siapa yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, maka harta itu akan dilipat gandakan sebagaimana penjelasan saya sebelumnya. Bukankah sebutir benih menjadi tujuh ratus benih, bahkan lebih? Jangan menduga ini hanya dari segi keberkahan saja. Tidak!!! Dengan menafkahkan harta, yang diberi memiliki daya beli, sehingga arus perdagangan bertambah, kedengkian pun hilang. Hal ini membuat ketenteraman bagi pemberi bertambah sehingga ia dapat berkonsentrasi meningkatkan usahanya. Di sisi lain, stabilitas keamanan terwujud, sehingga jalur perekonomian dapat lebih lancar. Memang Allah Mahaluas (anugerahnya) lagi Maha Mengetahui.
            Setan akan selalu menghembuskan dan menggoda kita agar ragu untuk bersedekah, maka dari itu jangan segan-segan untuk mengatakan, “T I D A K!!!!”
            “Orang-orang yang menafkahkan harta kekayaannya baik di waktu malam maupun di waktu siang, baik secara diam-diam maupun terang-terangan, berhak mendapat ganjaran dari Allah. Mereka tidak akan merasa takut dan tidak pula merasa susah.” (al-Baqarah: 274).
            Kalau dalam ayat tersebut disebutkan bahwa jika mengeluarkan sedekah kita tidak perlu merasa susah, maka setan akan mengatakan, ‘Kamu akan rugi, lebih menguntungkan jika disimpan untuk diri sendiri’. Itulah sebabnya kita sangat berat mengeluarkan sedekah. Kenapa setan selalu menghalangi kita untuk mengeluarkan sedekah? Karena setan tahu jika kita banyak bersedekah maka kita akan beruntung , baik di dunia maupun akhirat sesuai dengan janji Allah SWT.

Note : Isi materi ini ditulis ulang dari Buku ”Sedekahkan 1 dapatkan 700 kali lipat” oleh Bahirul Amali, halaman buku 168-171.


Panjang Umur dengan Sedekah

Panjang Umur dengan Sedekah



Sebuah kisah nyata yang menakjubkan di sebuah kampung bernama Hamra. Di kampung tersebut ada seorang lelaki dari Zar’ah yang dikenal sebagai seorang yang taat beragama. Ia membangun masjid untuk penduduk Hamra, dan ia selalu datang ke masjid tersebut setiap malam hari dengan membawa lentera dan makan malam. Jika ia mendapatkan orang yang bisa disedekahi di masjid itu, ia memberinya makanan. Jika tidak ada orang, ia memakannya sendiri. Hal tersebut terus menerus dilakukannya.
            Suatu ketika, air di dalam sumur masjid berkurang sehingga orang-orang kesulitan untuk berwudhu. Akhirnya, ia bersama anak-anaknya menggali kembali sumur tersebut, agar airnya kembali banyak.
            Di tengah pekerjaannya, tiba tiba wadah kayu tempat tanah yang telah digali terlepas, sehingga menimpa dan mengubur lelaki tersebut yang masih di dalam sumur. Sanak saudaranya sudah pasrah dan putus asa, serta menganggap sumur itu sebagai kuburannya.
            Di dalam sumur, tanpa disengaja, ternyata alat-alat yang dipakainya untuk menggali, jusru menjadi penyelamat laki-laki itu. Alat-alat itu menahan tanah serta bebatuan yang menimpanya.
            Dalam gelapnya sumur tersebut, terjadi suatu keajaiban. Ia diterangi cahaya, sinarnya seperti lentera yang selalu ia nyalakan di masjid. Dalam kondisi lapar, ia dihidangkan makanan persis seperti hidangan yang selalu ia berikan untuk orang-orang yang shalat di masjidnya.
            Enam tahun berlalu, anak-anaknya bermaksud untuk memperbarui sumur tersebut agar bisa dipergunakan kembali. Di luar dugaan mereka, ternyata sang ayah, lelaki yang senantiasa bersedekah itu, masih hidup dalam keadaan sehat.
            Mereka bertanya kepada sang ayah ihwal kehidupannya selama dalam sumur itu. Sang Ayah berkata, “Selama aku berada di bawah tanah, ada lentera dan makanan mendatangiku, persis seperti yang aku bawa ke masjid.” Mereka pun terkagum-kagum akan hal tersebut, dan kisah ini menjadi pelajaran bagi penduduk di kampung Hamra.
            Saudaraku, marilah kita memohon kepada Allah SWT agar menjadikan kita sebagai golongan orang yang gemar bersedkah dan agar menanamkan dalam jiwa kita kemuliaan dan kedermawanan, serta menjauhkan kita dari perbuatan pelit dan kikir.
            Memang tidak bisa dipungkiri bahwa kematian itu di tangan Allah SWT. Namun ada hal yang bisa membuat kematian menjadi sesuatu yang bisa ditunda, yaitu kemauan bersedekah, kemauan berbagi dan peduli. Kok bisa???? Banyak orang pasti bertanya demikian. Untuk lebih meyakinkan, saya akan paparkan sebuah kisah nyata terkait hal ini. Di dalam terjemahan buku yang berjudul Radd al-Bala bi ash-Shadaqah, karya Musthafa Syeikh Ibrahim Haqqi, diceritakan bahwa suatu ketika, Nabi Isa berada di tengah-tengah sahabat-sahabatnya. Saat itu, lewatlah lelaki pendek membawa bungkusan pakaian. Ia mengucapkan salam kepada mereka lalu melanjutkan berjalan. Nabi Isa AS berkata, “Hadirilah jenazah lelaki ini waktu zuhur nanti.”
            Pada tengah hari, Nabi Isa pergi ke tempat lelaki pendek tadi mencuci pakaiannya. Nabi Isa pun heran melihatnya. Kemudian turunlah malaikat Jibril. Isa AS bertanya kepadanya, “Bukankah kamu telah mengabarkan kepadaku bahwa lelaki pendek itu akan meninggal pada waktu zuhur hari ini?”
            “Itu kataku,” jawab Jibril, “Tetapi setelah melewati kalian, ia menyedekahkan tiga buah roti, lalu Allah menolak bala darinya.”
            Rahasianya, di dalam bungkusan pakaiannya ada seekor ular hitam. Takdirnya, ular itu akan mematuknya. Namun ketika ia menyedekahkan tiga buah roti, Allah SWT menolak bala darinya. Lelaki itu membuka bungkusan pakaiannya dan tak disangka ular yang ada di dalam bundelan pakaiannya sudah terkunci mulutnya.
            Saudaraku, kematiaan memang di tangan Allah SWT. Oleh karena itu, memajukan dan memundurkan kematian adalah hak Allah SWT. Dan Allah SWT memberitahu lewat kalam Rasul-Nya Muhammad SAW bahwa sedekah itu bisa memanjangkan umur. Jadi, bila disebut bahwa ada sesuatu yang bisa menunda kematian, itu adalah sedekah.
            Maka, tengoklah kanan-kiri kita, lihatlah sekeliling kita. Bila kita menemukan ada satu-dua kesusahan orang lain tergelar di depat mata kita, maka hakikatnya kita-lah yang membutuhkannya. Siapa tahu kesusahan itu digelar Allah SWT sebagai sarana untuk memperpanjang umur kita. Tinggal apakah kita bersedia memanfaatkannya atau tidak.
            Tidak ada seorang pun yang mengetahui kapan ajalnya akan sampai. Tidak ada sorang pun yang mengetahui dalam kondisi apa ajalnya akan menjemput. Maka, mengeluarkan sedekah bukan saja akan memperpanjang umur, melainkan juga memungkinkan kita meninggal dalam keadaan baik. Bukankah sedekah akan mengundang cinta Allah SWT??
            Kalau seseorang sudah dicintai oleh Allah SWT, maka tidak ada masalah yang tidak terselesaikan, tidak ada keinginan yang tidak terkabulkan, tidak ada dosanya yang tidak terampuni, dan tidak ada nyawa yang tercabut kecuali dalam keadaan husnul khatimah.
            Mudah-mudahan Allah berkenan memperpanjang umur, sehingga kita semua berkesempatan untuk mengejar ampunan Allah SWT dan mengubah segala perilaku kita sambil menyiapkan bekal hingga kematian datang. Firman-Nya, yang artinya :
            “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (Ali-Imran : 133 )

Note : Isi materi ini ditulis ulang dari Buku ”Sedekahkan 1 dapatkan 700 kali lipat” oleh Bahirul Amali, halaman buku 121-124.