Saudaraku, jika kita perhatikan, sebenarnya Allah memberikan manfaat bahkan hikmah yang banyak, jika mensyariatkan sesuatu. Baik itu sifatnya ma’qul (terang-terangan) ataupun tersembunyi. Dalam ilmu agama, hal ini biasa disebut dengan maqashid attasyri’. Sejak dahulu banyak orang yang bertanya-tanya, mengapa Allah Ta’ala mengajarkan umat manusia agar berturut-turut kata yang lembut dan berdo’a di setiap tempat dan keadaan? Kini salah satu hikmah utamanya sudah terkuak. Yaitu, seluruh alam dan benda-benda yang hidup maupun mati akan memberikan reaksi positif ketika diperdengarkan suara-suara lembut dan kalimat-kalimat thayyibah apalagi mendengar alunan ayat suci Al-Qur’an.
Fakta menunjukkan bahwa sebagian
besar manfaat masih banyak yang belum terkuak. Seiring dengan perjalanan waktu
dan ilmu pengetahua yang semakin canggih, umat manusia sering dikagetkan dengan
temuan-temuan ajaib mengenai hikmah disyariatkannya suatu ibadah. Hal ini
menunjukkan bahwa tiada yang sedikit pun bahkan satu-pun sia-sia, baik itu
bersifat duniawi maupun ukhrawi. Karena Allah Ta’ala berfirman, yang artinya
“...Ya Rabb kami, tidaklah Engkau
menciptakan semua ini sia-sia...” (Ali-Imran:
191)
Kemudian, berkenaan dengan sedekah
dalam pengertian khusus, sebenarnya ia juga memiliki banyak keutamaan sosial
maupun individual bagi pelakunya. Di samping sebagai wujud kasih sayang dan
tolong menolong antar sesama, sedekah juga dapat mendatangkan kedamaian hidup,
kerukunan bertetangga, keamanan lingkungan, dan keakraban pergaulan. Tidak
salah jika kita mengatakan bahwa sedekah itu dapat mengurangi angka kejahatan,
pencurian, pemerasan, perampokan, dan semisalnya.
Kenapa begitu? Ya, tentu kita tidak
heran bahwa jika benar-benar dilaksanakan, maka sedekah akan menjadi solusi
efektif dalam menanggulangi krisis sosial yang mengalami ketimpangan, khususnya
dari segi ekonomi.
Manusia pada dasarnya tidak bisa
hidup sendiri, manusia butuh berkelompok dan berinteraksi antar sesamanya.
Kelemahan yang kita miliki menuntut kita untuk hidup bersama-sama dalam sebuah
komunitas. Manusia saling membutuhkan satu sama lain untuk menutupi berbagai
kebutuhan kesehariaannya.
Onak kehidupan dan aral melintang
sering menghalangi kenyamanan dalam interaksi sosial. Ada saja yang menjadikan
konflik terjadi berulang. Islam mengajarkan kepada kita tentang spirit ukhuwah
Islamiyah. Seorang mukmin adalah sahabat bagi mukmin lainnya. Bahkan, dengan
tetangga yang nonmuslim sekalipun, kita tetap diperintahkan untuk berbuat ihsan
kepada mereka, selama mereka tidak membuat gangguan. Jika ada perselisihan,
maka harus ada penyelesaian yang tepat dan cepat, pihak ketiga dituntut untuk
mendamaikan kedua belah pihak yang bersengketa, sehingga keduanya kembali
kepada Allah Ta’ala. Hal ini sesuai dengan firman-Nya, yang artinya :
“Jika
kalian berselisih tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah dan
Rasul-Nya, jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan Hari Kemudian. Yang
demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (an-Nisa`: 59)
Saudaraku,
pada dasarnya segala bentuk perselisihan tersebut sangat tidak nyaman dan
mengganggu keharmonisan persahabatan sesama muslim. Untuk menghilangkan saling
sengketa tersebut, Islam mensyariatkan sedekah. Ia menjadi perekat hati, tidak
saja antara si kaya dan si miskin, tetapi juga antar manusia. Yang dituntut
bersedekah tidak hanya orang kaya, bahkan semua kalangan pun diharapkan untuk
memperhatikan sedekah baik kaya maupun miskin. Karena saling memberi itu sangat
penting dalam Islam, agar hubungan dan ikatan persahabatan terikat erat dengan
baik.
“Sedekah merupakan jawaban atas
semua permasalahan. Sedekah itu tak ada lawan. Tak ada persoalan apa pun yang
tidak selesai, selama kita melibatkan Allah. Caranya, antara lain melalui
sedekah.” Kalimat-kalimat di atas kerap kali dilontarkan oleh Ustadz Yusuf
Mansyur dalam setiap ceramahnya.
Tentu saudara tidak asing lagi
dengan nama beliau. Dalam setiap ceramah dan acara, beliau selalu berbicara
mengenai sedekah dan amal sosial. Saat ditanya oleh salah seorang wartawan
mengapa kita harus bersedekah, beliau menjawab, “Ya, karena sedekah itu
mengantarkan pada perubahan. Kalau lu bener-bener pengen berubah, sedekah itu
salah satu ibadah yang luar biasa, di samping shalah Malam dan istighfar.”
Saudaraku, berbicara soal konsep
sedekah, teringat dalam benak saya untaian sabda Nabi SAW, yang artinya : “Setiap amal yang baik adalah sedekah.” Bahkan,
kata Rasulullah, “Senyummu kepada
saudaramu adalah sedekah.” Jadi, tidak hanya materi atau harta saja.
Seperti Firman Allah Ta’ala yang artinya “... dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah...” (at-Taubah: 41)
Sedekah
itu menjadi suatu hal yang sangat penting. Sebab, jika kita tahu, sebenarnya
kitalah yang membutuhkan sedekah.
Lho, kok bisa? Kenapa begitu ?????
Mari sejenak kita bahas mengenai hal
ini. Sedekah merupakan bagian dari upaya tazkiyatun
nafs (membersihkan diri, lahir batin). Kita butuh sedekah, sebab sedekah
itu pada dasarnya akan kembali kepada kita dalam beragam bentuk. Posisi sedekah
sangat istimewa, karena sedekah merupakan salah satu ibadah yang utama.
Imam al-Ghazali mengatakan, manusia
itu terbagi menjadi empat golongan, “Pertama,
manusia yang tidak tahu bahwa dirinya tidak tahu. Kedua, manusia yang tidak tahu tapi tahu bahwa dirinya tidak tahu. Ketiga, manusia yang tahu tapi dirinya
tidak tahu bahwa dirinya tahu. Keempat, manusia
yang tahu dan tahu bahwa dirinya tahu.”
Rasulullah SAW bersabda, yang
artinya: “Bukanlah umatku, orang yang
dapat tidur nyenyak sementara tetangganya kelaparan.” (HR.Baihaqi)
Setidaknya,
setelah kita baca wasiat nabi ini, mestinya membuat kita merinding. Untuk
memudahkan pemahaman, kita simak bersama sebuah ilustrasi.
Pada shopping season bulan Juni
2005 di Singapura, ternyata the biggest
spender-nya orang Indonesia, dengan nilai transaksi lebih dari 1 triliun
rupiah. Rekor ini mengalahkan pembelanja dari Jepang dan Amerika sekalipun.
Orang Indonesia ternyata makin kaya.
Pundi-pundi harta segelintir orang Indonesia justru makin gendut di tengah
situasi sulit. Tengok saja hasil survei dari Capgemini SA and Merrill Lynch
& co , yang dirilis pada hari Selasa (24/6). Menurut riset itu, pada tahun
2007, jumlah orang superkaya Indonesia yang memiliki aset finansial 1 juta
dollar AS atau lebih, melonjak 16,8 persen, menjadi 23.000 orang. Sekadar
catatan bagi kita, batasan aset itu tidak mencakup harta tetap seperti rumah
atau mobil.
Lonjakan jumlah orang superkaya di
Indonesia itu merupakan yang tertinggi kelima di dunia. Pertumbuhan orang
superkaya di Indonesia hanya kalah dari India, China, Brasil, dan Korea
Selatan. Angka penambahan kaum kaya di negeri kita juga jauh di atas angka
pertumbuhan seluruh dunia.
Nah, sebanyak 80% atau 2700 WNI kaya
itu ada di Jakarta. Mereka bertetangga dengan warga miskin yang berjumlah
370.898 jiwa dari total penduduk DKI-sekitar 8,5 juta jiwa. Selain itu, sudah
lazim kita saksikan di kota-kota besar Indonesia, banyak sekali perumahan elite
megah berdinding tinggi padahal tidak jauh dari sana ada perkampungan kumuh
dengan atap dan dinding dari kardus bekas. Jelas sekali kesenjangan yang ada.
Apakah salah jika kemudian terjadi penjarahan, perampokan, dan pencurian pada
perumahan elite tersebut, jika jurang kesenjangan sosial di atara mereka
semakin dalam
Oleh karena itulah, Islam mengajarkan
pentingnya bersedekah. Dengan sedekah, kesenjangan sosial seperti di atas Insya
Allah dapat diatasi. Mengapa? Karena orang yang memiliki banyak harta akan
memiliki kepekaan sosial dalam lingkungannya. Orang yang sadar sedekah tidak
mungkin membangun rumah megah, sementara ia tahu rumah tetangganya hanya
berdinding tripleks dan kardus bekas. Orang yang sadar sedekah tidak mungkin
bangga dan bahagia berlimpah harta ketika tahu tetangganya menderita
kemiskinan. Orang yang sadar sedekah tidak mungkin tidur kekenyangan sementara
tetangganya kelaparan.
Note : Isi materi ini ditulis ulang dari Buku ”Sedekahkan 1 dapatkan 700 kali lipat” oleh Bahirul Amali, halaman buku 64-69.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar