Jumat, 27 November 2015

Ada Apa dengan Sedekah ?


Saudaraku, jika kita perhatikan, sebenarnya Allah memberikan manfaat bahkan hikmah yang banyak, jika mensyariatkan sesuatu. Baik itu sifatnya ma’qul (terang-terangan) ataupun tersembunyi. Dalam ilmu agama, hal ini biasa disebut dengan maqashid attasyri’. Sejak dahulu banyak orang yang bertanya-tanya, mengapa Allah Ta’ala mengajarkan umat manusia agar berturut-turut kata yang lembut dan berdo’a di setiap tempat dan keadaan? Kini salah satu hikmah utamanya sudah terkuak. Yaitu, seluruh alam dan benda-benda yang hidup maupun mati akan memberikan reaksi positif ketika diperdengarkan suara-suara lembut dan kalimat-kalimat thayyibah apalagi mendengar alunan ayat suci Al-Qur’an.

            Fakta menunjukkan bahwa sebagian besar manfaat masih banyak yang belum terkuak. Seiring dengan perjalanan waktu dan ilmu pengetahua yang semakin canggih, umat manusia sering dikagetkan dengan temuan-temuan ajaib mengenai hikmah disyariatkannya suatu ibadah. Hal ini menunjukkan bahwa tiada yang sedikit pun bahkan satu-pun sia-sia, baik itu bersifat duniawi maupun ukhrawi. Karena Allah Ta’ala berfirman, yang artinya “...Ya Rabb kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia...” (Ali-Imran: 191)
            Kemudian, berkenaan dengan sedekah dalam pengertian khusus, sebenarnya ia juga memiliki banyak keutamaan sosial maupun individual bagi pelakunya. Di samping sebagai wujud kasih sayang dan tolong menolong antar sesama, sedekah juga dapat mendatangkan kedamaian hidup, kerukunan bertetangga, keamanan lingkungan, dan keakraban pergaulan. Tidak salah jika kita mengatakan bahwa sedekah itu dapat mengurangi angka kejahatan, pencurian, pemerasan, perampokan, dan semisalnya.
            Kenapa begitu? Ya, tentu kita tidak heran bahwa jika benar-benar dilaksanakan, maka sedekah akan menjadi solusi efektif dalam menanggulangi krisis sosial yang mengalami ketimpangan, khususnya dari segi ekonomi.
            Manusia pada dasarnya tidak bisa hidup sendiri, manusia butuh berkelompok dan berinteraksi antar sesamanya. Kelemahan yang kita miliki menuntut kita untuk hidup bersama-sama dalam sebuah komunitas. Manusia saling membutuhkan satu sama lain untuk menutupi berbagai kebutuhan kesehariaannya.
            Onak kehidupan dan aral melintang sering menghalangi kenyamanan dalam interaksi sosial. Ada saja yang menjadikan konflik terjadi berulang. Islam mengajarkan kepada kita tentang spirit ukhuwah Islamiyah. Seorang mukmin adalah sahabat bagi mukmin lainnya. Bahkan, dengan tetangga yang nonmuslim sekalipun, kita tetap diperintahkan untuk berbuat ihsan kepada mereka, selama mereka tidak membuat gangguan. Jika ada perselisihan, maka harus ada penyelesaian yang tepat dan cepat, pihak ketiga dituntut untuk mendamaikan kedua belah pihak yang bersengketa, sehingga keduanya kembali kepada Allah Ta’ala. Hal ini sesuai dengan firman-Nya, yang artinya :
            “Jika kalian berselisih tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah dan Rasul-Nya, jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan Hari Kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (an-Nisa`: 59)
            Saudaraku, pada dasarnya segala bentuk perselisihan tersebut sangat tidak nyaman dan mengganggu keharmonisan persahabatan sesama muslim. Untuk menghilangkan saling sengketa tersebut, Islam mensyariatkan sedekah. Ia menjadi perekat hati, tidak saja antara si kaya dan si miskin, tetapi juga antar manusia. Yang dituntut bersedekah tidak hanya orang kaya, bahkan semua kalangan pun diharapkan untuk memperhatikan sedekah baik kaya maupun miskin. Karena saling memberi itu sangat penting dalam Islam, agar hubungan dan ikatan persahabatan terikat erat dengan baik.
            “Sedekah merupakan jawaban atas semua permasalahan. Sedekah itu tak ada lawan. Tak ada persoalan apa pun yang tidak selesai, selama kita melibatkan Allah. Caranya, antara lain melalui sedekah.” Kalimat-kalimat di atas kerap kali dilontarkan oleh Ustadz Yusuf Mansyur dalam setiap ceramahnya.
            Tentu saudara tidak asing lagi dengan nama beliau. Dalam setiap ceramah dan acara, beliau selalu berbicara mengenai sedekah dan amal sosial. Saat ditanya oleh salah seorang wartawan mengapa kita harus bersedekah, beliau menjawab, “Ya, karena sedekah itu mengantarkan pada perubahan. Kalau lu bener-bener pengen berubah, sedekah itu salah satu ibadah yang luar biasa, di samping shalah Malam dan istighfar.”
            Saudaraku, berbicara soal konsep sedekah, teringat dalam benak saya untaian sabda Nabi SAW, yang artinya : “Setiap amal yang baik adalah sedekah.” Bahkan, kata Rasulullah, “Senyummu kepada saudaramu adalah sedekah.” Jadi, tidak hanya materi atau harta saja. Seperti Firman Allah Ta’ala yang artinya “... dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah...” (at-Taubah: 41)
            Sedekah itu menjadi suatu hal yang sangat penting. Sebab, jika kita tahu, sebenarnya kitalah yang membutuhkan sedekah.
            Lho, kok bisa? Kenapa begitu ?????
            Mari sejenak kita bahas mengenai hal ini. Sedekah merupakan bagian dari upaya tazkiyatun nafs (membersihkan diri, lahir batin). Kita butuh sedekah, sebab sedekah itu pada dasarnya akan kembali kepada kita dalam beragam bentuk. Posisi sedekah sangat istimewa, karena sedekah merupakan salah satu ibadah yang utama.
            Imam al-Ghazali mengatakan, manusia itu terbagi menjadi empat golongan, “Pertama, manusia yang tidak tahu bahwa dirinya tidak tahu. Kedua, manusia yang tidak tahu tapi tahu bahwa dirinya tidak tahu. Ketiga, manusia yang tahu tapi dirinya tidak tahu bahwa dirinya tahu. Keempat, manusia yang tahu dan tahu bahwa dirinya tahu.”
            Rasulullah SAW bersabda, yang artinya: “Bukanlah umatku, orang yang dapat tidur nyenyak sementara tetangganya kelaparan.” (HR.Baihaqi)
            Setidaknya, setelah kita baca wasiat nabi ini, mestinya membuat kita merinding. Untuk memudahkan pemahaman, kita simak bersama sebuah ilustrasi.
            Pada shopping season  bulan Juni 2005 di Singapura, ternyata the biggest spender-nya orang Indonesia, dengan nilai transaksi lebih dari 1 triliun rupiah. Rekor ini mengalahkan pembelanja dari Jepang dan Amerika sekalipun.
            Orang Indonesia ternyata makin kaya. Pundi-pundi harta segelintir orang Indonesia justru makin gendut di tengah situasi sulit. Tengok saja hasil survei dari Capgemini SA and Merrill Lynch & co , yang dirilis pada hari Selasa (24/6). Menurut riset itu, pada tahun 2007, jumlah orang superkaya Indonesia yang memiliki aset finansial 1 juta dollar AS atau lebih, melonjak 16,8 persen, menjadi 23.000 orang. Sekadar catatan bagi kita, batasan aset itu tidak mencakup harta tetap seperti rumah atau mobil.
            Lonjakan jumlah orang superkaya di Indonesia itu merupakan yang tertinggi kelima di dunia. Pertumbuhan orang superkaya di Indonesia hanya kalah dari India, China, Brasil, dan Korea Selatan. Angka penambahan kaum kaya di negeri kita juga jauh di atas angka pertumbuhan seluruh dunia.
            Nah, sebanyak 80% atau 2700 WNI kaya itu ada di Jakarta. Mereka bertetangga dengan warga miskin yang berjumlah 370.898 jiwa dari total penduduk DKI-sekitar 8,5 juta jiwa. Selain itu, sudah lazim kita saksikan di kota-kota besar Indonesia, banyak sekali perumahan elite megah berdinding tinggi padahal tidak jauh dari sana ada perkampungan kumuh dengan atap dan dinding dari kardus bekas. Jelas sekali kesenjangan yang ada. Apakah salah jika kemudian terjadi penjarahan, perampokan, dan pencurian pada perumahan elite tersebut, jika jurang kesenjangan sosial di atara mereka semakin dalam
            Oleh karena itulah, Islam mengajarkan pentingnya bersedekah. Dengan sedekah, kesenjangan sosial seperti di atas Insya Allah dapat diatasi. Mengapa? Karena orang yang memiliki banyak harta akan memiliki kepekaan sosial dalam lingkungannya. Orang yang sadar sedekah tidak mungkin membangun rumah megah, sementara ia tahu rumah tetangganya hanya berdinding tripleks dan kardus bekas. Orang yang sadar sedekah tidak mungkin bangga dan bahagia berlimpah harta ketika tahu tetangganya menderita kemiskinan. Orang yang sadar sedekah tidak mungkin tidur kekenyangan sementara tetangganya kelaparan.

Note : Isi materi ini ditulis ulang dari Buku ”Sedekahkan 1 dapatkan 700 kali lipat” oleh Bahirul Amali, halaman buku 64-69.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar