Sebuah kisah
nyata yang menakjubkan di sebuah kampung bernama Hamra. Di kampung tersebut ada
seorang lelaki dari Zar’ah yang dikenal sebagai seorang yang taat beragama. Ia
membangun masjid untuk penduduk Hamra, dan ia selalu datang ke masjid tersebut
setiap malam hari dengan membawa lentera dan makan malam. Jika ia mendapatkan
orang yang bisa disedekahi di masjid itu, ia memberinya makanan. Jika tidak ada
orang, ia memakannya sendiri. Hal tersebut terus menerus dilakukannya.
Suatu ketika, air di dalam sumur
masjid berkurang sehingga orang-orang kesulitan untuk berwudhu. Akhirnya, ia
bersama anak-anaknya menggali kembali sumur tersebut, agar airnya kembali
banyak.
Di tengah pekerjaannya, tiba tiba
wadah kayu tempat tanah yang telah digali terlepas, sehingga menimpa dan
mengubur lelaki tersebut yang masih di dalam sumur. Sanak saudaranya sudah
pasrah dan putus asa, serta menganggap sumur itu sebagai kuburannya.
Di dalam sumur, tanpa disengaja,
ternyata alat-alat yang dipakainya untuk menggali, jusru menjadi penyelamat
laki-laki itu. Alat-alat itu menahan tanah serta bebatuan yang menimpanya.
Dalam gelapnya sumur tersebut,
terjadi suatu keajaiban. Ia diterangi cahaya, sinarnya seperti lentera yang
selalu ia nyalakan di masjid. Dalam kondisi lapar, ia dihidangkan makanan
persis seperti hidangan yang selalu ia berikan untuk orang-orang yang shalat di
masjidnya.
Enam tahun berlalu, anak-anaknya
bermaksud untuk memperbarui sumur tersebut agar bisa dipergunakan kembali. Di
luar dugaan mereka, ternyata sang ayah, lelaki yang senantiasa bersedekah itu,
masih hidup dalam keadaan sehat.
Mereka bertanya kepada sang ayah
ihwal kehidupannya selama dalam sumur itu. Sang Ayah berkata, “Selama aku
berada di bawah tanah, ada lentera dan makanan mendatangiku, persis seperti
yang aku bawa ke masjid.” Mereka pun terkagum-kagum akan hal tersebut, dan
kisah ini menjadi pelajaran bagi penduduk di kampung Hamra.
Saudaraku, marilah kita memohon
kepada Allah SWT agar menjadikan kita sebagai golongan orang yang gemar
bersedkah dan agar menanamkan dalam jiwa kita kemuliaan dan kedermawanan, serta
menjauhkan kita dari perbuatan pelit dan kikir.
Memang tidak bisa dipungkiri bahwa
kematian itu di tangan Allah SWT. Namun ada hal yang bisa membuat kematian
menjadi sesuatu yang bisa ditunda, yaitu kemauan bersedekah, kemauan berbagi
dan peduli. Kok bisa???? Banyak orang pasti bertanya demikian. Untuk lebih
meyakinkan, saya akan paparkan sebuah kisah nyata terkait hal ini. Di dalam
terjemahan buku yang berjudul Radd
al-Bala bi ash-Shadaqah, karya Musthafa Syeikh Ibrahim Haqqi, diceritakan
bahwa suatu ketika, Nabi Isa berada di tengah-tengah sahabat-sahabatnya. Saat
itu, lewatlah lelaki pendek membawa bungkusan pakaian. Ia mengucapkan salam
kepada mereka lalu melanjutkan berjalan. Nabi Isa AS berkata, “Hadirilah jenazah lelaki ini waktu zuhur
nanti.”
Pada tengah hari, Nabi Isa pergi ke
tempat lelaki pendek tadi mencuci pakaiannya. Nabi Isa pun heran melihatnya.
Kemudian turunlah malaikat Jibril. Isa AS bertanya kepadanya, “Bukankah kamu telah mengabarkan kepadaku
bahwa lelaki pendek itu akan meninggal pada waktu zuhur hari ini?”
“Itu
kataku,” jawab Jibril, “Tetapi setelah melewati kalian, ia menyedekahkan tiga
buah roti, lalu Allah menolak bala darinya.”
Rahasianya, di dalam bungkusan
pakaiannya ada seekor ular hitam. Takdirnya, ular itu akan mematuknya. Namun
ketika ia menyedekahkan tiga buah roti, Allah SWT menolak bala darinya. Lelaki
itu membuka bungkusan pakaiannya dan tak disangka ular yang ada di dalam bundelan
pakaiannya sudah terkunci mulutnya.
Saudaraku, kematiaan memang di
tangan Allah SWT. Oleh karena itu, memajukan dan memundurkan kematian adalah
hak Allah SWT. Dan Allah SWT memberitahu lewat kalam Rasul-Nya Muhammad SAW
bahwa sedekah itu bisa memanjangkan umur. Jadi, bila disebut bahwa ada sesuatu
yang bisa menunda kematian, itu adalah sedekah.
Maka, tengoklah kanan-kiri kita,
lihatlah sekeliling kita. Bila kita menemukan ada satu-dua kesusahan orang lain
tergelar di depat mata kita, maka hakikatnya kita-lah yang membutuhkannya.
Siapa tahu kesusahan itu digelar Allah SWT sebagai sarana untuk memperpanjang
umur kita. Tinggal apakah kita bersedia memanfaatkannya atau tidak.
Tidak ada seorang pun yang
mengetahui kapan ajalnya akan sampai. Tidak ada sorang pun yang mengetahui
dalam kondisi apa ajalnya akan menjemput. Maka, mengeluarkan sedekah bukan saja
akan memperpanjang umur, melainkan juga memungkinkan kita meninggal dalam
keadaan baik. Bukankah sedekah akan mengundang cinta Allah SWT??
Kalau seseorang sudah dicintai oleh
Allah SWT, maka tidak ada masalah yang tidak terselesaikan, tidak ada keinginan
yang tidak terkabulkan, tidak ada dosanya yang tidak terampuni, dan tidak ada
nyawa yang tercabut kecuali dalam keadaan husnul
khatimah.
Mudah-mudahan
Allah berkenan memperpanjang umur, sehingga kita semua berkesempatan untuk
mengejar ampunan Allah SWT dan mengubah segala perilaku kita sambil menyiapkan
bekal hingga kematian datang. Firman-Nya, yang artinya :
“Dan
bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya
seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (Ali-Imran : 133 )
Note : Isi
materi ini ditulis ulang dari Buku ”Sedekahkan 1 dapatkan 700 kali lipat” oleh
Bahirul Amali, halaman buku 121-124.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar