Saudaraku, perlu
diingat bahwa setiap harta yang tidak pernah ‘disucikan’ alias ditunaikan
hak-haknya, mengandung banyak penyakit sehingga menjadikan pemiliknya lalai dan
menjadi sumber fitnah. Apalagi bila hartanya itu dia dapatkan dengan jalan yang
haram.
Harta haram yang dimakan akan
berubah dan mengalir menjadi darah dan daging sehingga tidak jarang bisa
memengaruhi akhlak dan tingkah laku kita. Jika makan harta haram, maka doa kita
pun tidak akan dikabulkan. Namun, jika harta kita halal serta bersih dari
kotoran, Insya Allah, hidup kita akan selalu diberkahi. Allah SWT sudah
menjanjikan surga bagi orang yang mukmin dan rajin mengeluarkan sebagian
hartanya untuk bersedekah. Hal ini tidak bisa diragukan lagi, karena Nabi kita
sendiri sudah memberikan JAMINAN SPESIAL. Rasulullah SAW bersabda, yang
artinya:
“Barangsiapa
membelanjakan sepasang kuda, unta, dan sebagainya untuk digunakan dalam
berjuang di jalan Allah, maka namanya akan dipanggil dari dalam surga, ‘Wahai
hamba Allah, pintu ini adalah lebih baik.’ Siapa yang tergolong dari kalangan
ahli shalat maka dia akan dipanggil dari pintu shalat (pintu ahli shalat).
Siapa yang tergolong dari kalangan ahli jihad maka dia akan dipanggil dari
pintu jihad (pintu ahli jihad). Siapa yang tergolong dari kalangan ahli sedekah
maka dia akan diseru dari pintu sedekah (pintu ahli sedekah). Dan siapa yang
tergolong dari orang yang suka berpuasa maka dia akan dipanggil dari pintu
ar-Rayyan (pintu ahli puasa).” Abu Bakar as-Shiddiq bertanya, “Wahai
Rasulullah, bukankah seharusnya setiap orang dipanggil dari pintu-pintu
tersebut. Apakah tidak mungkin seseorang itu dipanggil dari semua pintu?”
Rasulullah SAW menjawab, “Benar, dan aku
berharap engkau termasuk di antara orang-orang yang namanya dipanggil dari
semua pintu.” (HR.Muslim)
Saudaraku,
perlu kita ketahui dengan seksama bahwa pada dasarnya Al-Qur’an dan As-Sunnah
sudah dengan tegas menerangkan bahwa harta kekayaan itu adalah fitnah, yaitu
ujian dari Allah Ta’ala terhadap hamba-hamba-Nya.
Harta sebenarnya merupakan sebuah
sarana yang bersifat netral, tergantung kepada siapa yang memegang dan
memanfaatkannya. Ia bisa digunakan dalam rangka kebajikan maupun kejahatan,
untuk membangun maupun merusak. Ia akan membawa kebaikan serta keselamatan
hidup di dunia dan akhirat, manakala dipergunakan dalam jalan yang benar dan
demi menegakkan tugas hidup untuk beribadah dan betauhid. Sebaliknya, ia juga
bisa menjadi bencana dan kecelakaan di dunia dan akhirat manakala dimanfaatkan
demi memuaskan dorongan hawa nafsu semata. Dalam Al-Qur’an dan hadis Nabi
banyak yang membahas tentang demikian.
Allah SWT berfirman, yang artinya :
“Dan
sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada
orang-orang yang sabar (saat menerima ujian yang buruk).” (al-Baqarah: 155)
Dari
Ka’ab bin `Iyadh, ia berkata: Saya mendengar Nabi SAW bersadba, yang artinya, “Bagi setiap umat ada fitnah, dan fitnah
umatku adalah harta.”
Kalau
kita pelajari tabiat manusia, memang pada dasarnya manusia memiliki
kecenderungan sangat mencintai harta. Tabiat manusia menganggap harta sebagai
salah satu sarana yang dapat mendatangkan kebahagiaan. Firman Allah SWT, yang
artinya:
“Dan
kalian mencintai harta kekayaan dengan kecintaan yang berlebihan.” (al-Fajr: 20)
Syeikh
Muhammad Ali ash-Shabuni menulis: “Maksudnya kalian begitu mencintai harta,
rakus, dan tamak kepadanya. Ayat itu merupakan celaan kepada manusia, akibat
sikap mereka yang berlomba-lomba memperebutkan harta disertai kekikiran mereka
untuk berinfak.
Note : Isi
materi ini ditulis ulang dari Buku ”Sedekahkan 1 dapatkan 700 kali lipat” oleh
Bahirul Amali, halaman buku 51-53.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar