Jumat, 27 November 2015

Harta Kekayaan adalah Fitnah



Saudaraku, perlu diingat bahwa setiap harta yang tidak pernah ‘disucikan’ alias ditunaikan hak-haknya, mengandung banyak penyakit sehingga menjadikan pemiliknya lalai dan menjadi sumber fitnah. Apalagi bila hartanya itu dia dapatkan dengan jalan yang haram.
            Harta haram yang dimakan akan berubah dan mengalir menjadi darah dan daging sehingga tidak jarang bisa memengaruhi akhlak dan tingkah laku kita. Jika makan harta haram, maka doa kita pun tidak akan dikabulkan. Namun, jika harta kita halal serta bersih dari kotoran, Insya Allah, hidup kita akan selalu diberkahi. Allah SWT sudah menjanjikan surga bagi orang yang mukmin dan rajin mengeluarkan sebagian hartanya untuk bersedekah. Hal ini tidak bisa diragukan lagi, karena Nabi kita sendiri sudah memberikan JAMINAN SPESIAL. Rasulullah SAW bersabda, yang artinya:
            “Barangsiapa membelanjakan sepasang kuda, unta, dan sebagainya untuk digunakan dalam berjuang di jalan Allah, maka namanya akan dipanggil dari dalam surga, ‘Wahai hamba Allah, pintu ini adalah lebih baik.’ Siapa yang tergolong dari kalangan ahli shalat maka dia akan dipanggil dari pintu shalat (pintu ahli shalat). Siapa yang tergolong dari kalangan ahli jihad maka dia akan dipanggil dari pintu jihad (pintu ahli jihad). Siapa yang tergolong dari kalangan ahli sedekah maka dia akan diseru dari pintu sedekah (pintu ahli sedekah). Dan siapa yang tergolong dari orang yang suka berpuasa maka dia akan dipanggil dari pintu ar-Rayyan (pintu ahli puasa).” Abu Bakar as-Shiddiq bertanya, “Wahai Rasulullah, bukankah seharusnya setiap orang dipanggil dari pintu-pintu tersebut. Apakah tidak mungkin seseorang itu dipanggil dari semua pintu?” Rasulullah SAW menjawab, “Benar, dan aku berharap engkau termasuk di antara orang-orang yang namanya dipanggil dari semua pintu.” (HR.Muslim)
            Saudaraku, perlu kita ketahui dengan seksama bahwa pada dasarnya Al-Qur’an dan As-Sunnah sudah dengan tegas menerangkan bahwa harta kekayaan itu adalah fitnah, yaitu ujian dari Allah Ta’ala terhadap hamba-hamba-Nya.
            Harta sebenarnya merupakan sebuah sarana yang bersifat netral, tergantung kepada siapa yang memegang dan memanfaatkannya. Ia bisa digunakan dalam rangka kebajikan maupun kejahatan, untuk membangun maupun merusak. Ia akan membawa kebaikan serta keselamatan hidup di dunia dan akhirat, manakala dipergunakan dalam jalan yang benar dan demi menegakkan tugas hidup untuk beribadah dan betauhid. Sebaliknya, ia juga bisa menjadi bencana dan kecelakaan di dunia dan akhirat manakala dimanfaatkan demi memuaskan dorongan hawa nafsu semata. Dalam Al-Qur’an dan hadis Nabi banyak yang membahas tentang demikian.
            Allah SWT berfirman, yang artinya :
            “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar (saat menerima ujian yang buruk).” (al-Baqarah: 155)
            Dari Ka’ab bin `Iyadh, ia berkata: Saya mendengar Nabi SAW bersadba, yang artinya, “Bagi setiap umat ada fitnah, dan fitnah umatku adalah harta.”
            Kalau kita pelajari tabiat manusia, memang pada dasarnya manusia memiliki kecenderungan sangat mencintai harta. Tabiat manusia menganggap harta sebagai salah satu sarana yang dapat mendatangkan kebahagiaan. Firman Allah SWT, yang artinya:
            “Dan kalian mencintai harta kekayaan dengan kecintaan yang berlebihan.” (al-Fajr: 20)
            Syeikh Muhammad Ali ash-Shabuni menulis: “Maksudnya kalian begitu mencintai harta, rakus, dan tamak kepadanya. Ayat itu merupakan celaan kepada manusia, akibat sikap mereka yang berlomba-lomba memperebutkan harta disertai kekikiran mereka untuk berinfak.

Note : Isi materi ini ditulis ulang dari Buku ”Sedekahkan 1 dapatkan 700 kali lipat” oleh Bahirul Amali, halaman buku 51-53.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar