Jumat, 27 November 2015

ALLAH Meridhai Sedekahnya Walaupun Orang Mencela





Sedekah walaupun kecil tetapi amat berharga di sisi Allah SWT. Orang yang kikir dengan tidak menyedekahkan sebagian hartanya akan merugi di dunia dan akhirat, karena tidak ada keberkahan. Jadi, sejatinya orang bersedekah adalah untuk kepentingan dirinya. Sebab, menginfakkan (belanjakan) harta akan memperoleh berkah. Sebaliknya, menahannya adalah celaka.

Subhanallah... alangkah indahnya cerita tentang seorang lelaki bernama Karim berikut ini.
Dulu, Karim dikenal gemar melakukan perbuatan yang dilarang agama. Namun, kini dia telah insyaf dan bertobat. Sekarang, dia sangat rajin shalat berjamaah di masjid. Dia juga tidak merasa malu untuk ikut mengaji dan belajar membaca Al-Qur’an, bersama anak-anak yang lebih muda darinya.
Malam itu, setelah mendengar penjelasan dari Imam Masjid tentang keutamaan sedekah, hati Karim tergerak. Imam masjid menjelaskan, jika seseorang memiliki uang seribu dirham dan ia menyedekahkan 300 dirham, maka yang 300 dirham itulah yang akan kekal dan dapat dinikmati di akhirat. Sedangkan yang 700 dirham tidak membuahkan apa-apa. Bahkan, 300 dirham yang disedekahkan, akan dilipatgandakan oleh Allah sebanyak 700 kali.
Sedekah juga membuat harta dan rezeki yang dimiliki menjadi penuh berkah. Selama ini, Karim memang dikenal sebagai seorang yang kaya dan kikir. Namun, sejak tobat dan insyaf, ia telah berniat akan mengorbankan segala yang dimilikinya untuk memperoleh ridha Allah Ta’ala. Sebagian hartanya telah dia rencanakan untuk disedekahkan dan diinfakkan di jalan Allah Ta’ala.
Suatu malam dia keluar rumah dan mengarahkan langkahnya menuju suatu rumah. Dia telah menyiapkan kantong uang berisi 100 dirham untuk disedekahkan. Begitu sampai di rumah yang ditujunya, dia mengetuk pintu. Seorang lelaki berkumis tebal muncul dari dalam rumah. Setelah mengucapkan salam, dia memberikan kantong itu pada pemilik rumah, lalu pamit.
Pagi harinya, orang-orang di pasar ramai membicarakan apa yang dilakukan Karim tadi malam. Dua orang yang melihat Karim bersedekah berkata, “Dasar orang tidak tahu agama, sedekah saja keliru. Masa sedekah sama seorang pencuri? Kalau mau sedekah, ya seharusnya kepada orang yang baik-baik!” obrolan orang di pasar itu sampai juga ke telinga Karim. Ia hanya berkata dalam hati, “Alhamdulillah, saya telah bersedekah kepada pencuri!”
Hari berikutnya, ketika malam tiba, dia ingin kembali bersedekah. Sama seperti malam sebelumnya, dia menyiapkan uang 100 dirham. Kali ini, dia memilih sebuah rumah di pinggir kota. Dia mengetuk pintu rumah itu. Seorang wanita membukakan pintu. Dia langsung menyerahkan sedekahnya pada perempuan itu, lalu pulang.
Pagi harinya, pasar kembali ribut. Ternyata, ada orang yang mengetahui perbuatannya tadi malam. Orang itu bercerita sinis, “Memang Karim itu aneh. Rajin pergi ke masjid, tetapi memberi sedekah saja masih salah. Kemarin lusa, dia memberi sedekah kepada seorang pencuri. Lha, tadi malam, dia memberi sedekah kepada pelacur!” Perbincangan orang di pasar itu sampai juga ke telinganya. Karim hanya berkata lirih, “Alhamdulillah, saya telah bersedekah kepada seorang pelacur!”
Malam harinya, Karim kembali keluar rumah untuk bersedekah. Dia memilih rumah yang ada di dekat pasar. Setelah mengantarkan sedekahnya, dia pulang.
Kali ini Karim berharap, dia tidak keliru memberikan sedekahnya. Pagi harinya, pasar lebih ribut dari sebelumnya. Seorang penjual daging berkata,”Nggak tahulah! Karim itu memang aneh. Mau sedekah saja kok kepada orang kaya. Padahal, orang yang miskin dan memerlukan uang untuk makan, masih banyak dan ada di mana-mana!”
Ternyata, rumah yang didatangi Karim dan diberi sedekah tadi malam adalah rumah orang kaya. Mendengar berita dan omongan yang ada di pasar tentang kekeliruannya memberikan sedekah ia berkata, “Allhamdulillah, saya telah bersedekah kepada pencuri, pelacur, dan orang kaya!” Malam harinya, ia shalat Tahajud, lalu tidur.
Dalam tidurnya, dia bermimpi didatangi seseorang yang memberi kabar kepadanya, “Sedekahmu kepada pencuri, membuat pencuri itu insyaf, sehingga kini tidak mencuri lagi. Sedekahmu kepada pelacur, membuat wanita itu tobat dan tidak berzina lagi. Sedekahmu kepada orang kaya, menjadikan orang kaya tersebut sadar dan merasa malu. Kini, orang kaya yang pelit itu mau mengeluarkan zakat dan infak. Sedekahmu yang ikhlas itu diridhai Allah SWT. Setelah itu Karim semakin khusyuk beribadah dan banyak mengerjakan kebajikan. Dia sadar bahwa yang paling penting dalam ibadah adalah niat karena Allah. Bukan sekadar mengikuti perkataan orang banyak. Hanya Allah-lah yang berhak menilai, diterima atau tidaknya amal ibadah seseorang.

Note : Isi materi ini ditulis ulang dari Buku ”Sedekahkan 1 dapatkan 700 kali lipat” oleh Bahirul Amali, halaman buku 101-104.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar